Sepanjang tahun 2022, tiga individu harimau sumatera dilepasliarkan di Taman Nasional Gunung Leuser, dua diantaranya di-release di Seksi Pengelolaan TN Wilayah III Blangkejeren, Gayo Lues, tempatku bekerja. Adalah pengalaman menarik bagiku mengikuti proses pelepasliaran satwa karismatik dan dilindungi ini. Siti Mulye Putri Reuko dan Bestie, harimau itu bernama. Keduanya sama-sama betina dan masih berusia muda. 

Siti Reuko

Sapaan akrab harimau sumatera yang diberi nama lengkap Siti Mulye Putri Reuko. Nama tersebut pemberian masyarakat Desa Sangir. Sebagai salah satu bentuk penghargaan dan komitmen mereka dalam menjaga kelestarian satwa khususnya harimau sumatera, katanya. Siti Reuko berusia sekitar 3 tahun saat ditemukan warga pada Kamis (11/8). Ia terkena jerat di lokasi Areal Penggunaan Lain (APL) wilayah Desa Sangir, Kec. Dabun Gelang, Kab. Gayo Lues yang berdekatan dengan hutan lindung. 

Esoknya, Jumat (12/8) petugas SPTN Wilayah III Blangkejeren, Polres Gayo Lues, KPH Wilayah 5, Koramil serta perangkat desa Sangir melakukan pengamanan awal di lokasi dengan mengikusertakan tim medis Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh yang didukung oleh tim medis Forum Konservasi Leuser (FKL), dan Wildlife Conservation Society (WCS). Semua bergerak ke lokasi untuk bersama menyelamatkan Siti Reuko.

Siti Reuko tergeletak di atas tanah. Kata tim medis, kaki kiri belakang Siti Reuko yang terkena jerat mengakibatkan sistem sirkulasi dan motorik syaraf terganggu. Siti terlihat lemas namun masih berusaha melepaskan diri dari tali sling yang dipasang oleh oknum tidak bertanggung jawab. Kemungkinan sudah 3 hari ia dalam kondisi seperti itu. 

“Kakinya dah mulai membusuk, bahkan 3 jarinya dah putus namun aumannya masih terdengar tegas”, “ujar Fransio Saragih, Polisi Kehutanan yang ikut dalam proses rescue Siti Reuko di lokasi.

Melihat kondisi Siti Reuko, tim medis memutuskan untuk melakukan perawatan intensif di kantor SPTN III Blangkejeren. Siti dirawat selama kurang lebih 2 bulan secara bergantian. Selama perawatan Siti Reuko menunjukkan progres yang sangat baik hingga akhirnya tim medis menyatakan Siti Reuko layak untuk dilepasliarkan kembali.

Para pihak melakukan pembahasan lokasi pelepasliaran Siti Reuko. Masyarakat Desa Sangir mengusulkan lokasi hutan lindung yang tak jauh temuan harimau sumatera tersebut terjerat. Mereka meyakini Siti Reuko merupakan salah satu penghuni hutan lindung tersebut dan harus dikembalikan ke tempat asalnya. Balai KSDA Aceh menyambut baik usulan dari masyarakat Desa Sangir ini. Selanjutnya tim gabungan yang terdiri dari BKSDA Aceh, SPTN Wilayah III Blangkejeren, UPTD KPH 5, FKL, WCS-IP serta masyarakat menggelar operasi sapu jerat. Tujuannya untuk mengantisipasi dan meminimalisir ancaman khususnya jerat di lokasi pelepasliaran.

Pada Selasa (18/10), tim yang terdiri dari BKSDA Aceh (Seksi Konservasi Wilayah 2, Resor Kutacane, dan tim medis BKSDA Aceh), Direktorat KKHSG, BBTNGL (Resor Sangir, SPTN Wilayah 3 Blangkejeren, BPTN 2 Kutacane), Bupati Gayo Lues, Polres Gayo Lues, UPTD KPH Wilayah 5, FKL, WCS-IP, bersama masyarakat Desa Sangir melepasliarkan “Siti Mulye Putri Reuko” ke habitat alaminya. Agenda berjalan sesuai tahapan kegiatan yang telah direncanakan. Siti Reuko terlihat bersemangat, menjejak dan melompat ke tempat asalnya. Harapan kita semua, ia dapat berkembang biak dan menambah populasi di alam. Pasca pelepasliaran Siti Reuko akan dilakukan pemantauan melalui camera trap untuk memonitor pergerakannya.

Bestie

Disebut “Boru Bujing”nya Barumun oleh BBKSDA Sumatera Utara. Harimau Bestie masuk perangkap kandang jebak di Sei Sirah, Desa Halaban, Kec.Besitang, Kab.Langkat, pada Rabu (31/8). 

Awalnya, Bestie ditemukan pada tanggal 17 Juli 2022 ketika warga sedang mencari pakan ternak di Dusun Aras Napal yang berbatasan dengan wilayah TN Gunung Leuser. Harimau tersebut kabur ketika mendengar teriakan warga. Mendapat laporan harimau sumatera memangsa ternak lembu milik warga di PT. Besitang Indah, BBKSDA Sumut menuju lokasi. Petugas melihat seekor harimau sedang melahap lembu. Kejadian tersebut disaksikan juga masyarakat serta pihak kepolisian. 

Balai Besar KSDA Sumut memasang kandang jebak dan mencoba memancing Bestie, si harimau. Petugas menarik lembu ke arah kandang jebak. “Bestie pintar dia mengelak dari perangkap“, ujar petugas BBKSDA Sumut. Keesokan harinya percobaan menangkap Bestie dilakukan dengan tembakan bius. Cara ini juga tidak membuahkan hasil. Cara selanjutnya mengikat bangkai lembu ke kandang jebak. Berhasil, Bestie pun masuk kandang jebak.

Setelahnya, Besti dibawa ke Lembaga Konservasi Medan Zoo untuk observasi. “Untuk memudahkan proses pemeriksaan kesehatan satwa sebelum dilepasliarkan kembali”, jelas petugas BBKSDA Sumut. Hasil pengecekan kesehatan menunjukkan “Bestie” memiliki berat badan 65 kg, suhu tubuh normal, sudah tidak ditemukan caplak, luka pada ekor dalam proses penyembuhan, detak jantung dan pernapasan normal.

Dari Lembaga Konservasi Medan Zoo dilakukan proses persiapan pelepasliaran dari Sanctuary Harimau Sumatera di Barumun, Kab. Padang Lawas Utara pada Kamis (15/9). Perlu 3 bulan bagi Bestie untuk sembuh dan dinilai layak dilepasliarkan. Berat badan naik menjadi 80 Kg.

Pada Jum’at (19/11), Bestie diangkut dari Barumun – Sumatera Utara ke Blangkejeren – Kab. Gayo Lues, Aceh. Selama perjalanan via darat Bestie selalu dimonitor oleh tim BBKSDA Sumut yang dipimpin oleh Kepala Bidang Konservasi Wilayah III Padangsidimpuan, Gunawan Alza. S.Hut dan tim medis drh. Anhar Lubis. Bestie tiba keesokan harinya di Blangkejeren dan ditempatkan di halaman kantor SPTN Wilayah III Blangkejeren BBTN Gunung Leuser. Disini lah “Bestie” diamati, dicek kesehatannya dan dirawat secara intensif.

Berdasarkan hasil survey lokasi, zona inti TN Gunung Leuser dipilih sebagai lokasi lepas liar Bestie. Lokasi ini cocok karena merupakan habitat harimau sumatera dan harimau Bestie juga berasal dari TN Gunung Leuser. Selain itu di lokasi juga ditemukan tanda-tanda keberadaan satwa mangsa seperti rusa, kijang dan kambing hutan.

Rencana pelepasliaran Bestie semula akan dilakukan pada Kamis (24/11). Harimau betina ini diangkut dari kantor SPTN Wilayah III Blangkejeren ke Bandara Blangkejeren untuk selanjutnya diterbangkan ke lokasi. Namun cuaca tidak mendukung sehingga pelepasliaran ditunda hingga keesokan harinya. Tepatnya Jumat (25/11) individu Panthera tigris sumatrae ini dilepasliarkan di Keudah. Pelepasliaran menggunakan helikopter dengan metode longline dari Bandara Blangkejeren, Kab. Gayo Lues, Prov. Aceh.

Pelepasliaran ini merupakan kolaborasi berbagai pihak antara lain Direktorat KKH Ditjen KSDAE, BBKSDA Sumut, BBTN Gunung Leuser,  BKSDA Aceh, Bupati Gayo Lues, Kapolres Gayo Lues, Dandim Gayo Lues, Bandara Blangkejeren, Yayasan Parsamuhuan Bodhicitta Mandala Medan, PT. Agincourt Resources sebagai fasilisator helicopter, FKL, WCS-IP, Leuser Partnership Program, YOSL-OIC serta media. Harapan kita semua Bestie dan Siti Reuko dapat survive, tumbuh dan berkembang biak dengan aman dan bahagia.

Penulis. Junita Wahyudi|PEH BBTNGL