Taman Nasional Gunung Leuser merupakan kawasan konservasi dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Taman Nasional pertama di Indonesia ini menjadi rumah bagi sekitar 4000 jenis flora, tak terkecuali dua jenis bunga raksasa di dunia, yaitu bunga rafflesia (Rafflesia sp.) dan bunga bangkai (Amorphophallus titanum). Keduanya tumbuh subur baik di dalam taman nasional maupun di sekitar kawasan.  

Pada bulan Agustus 2022, kami mendapat kabar spot bunga Rafflesia yang masih bonggol dan diperkirakan akan mekar pada akhir tahun 2022 nanti. Sedangkan bunga bangkai yang berada di sekitar Zona Pemanfaatan Batu Katak dan Batu Rongring, SPTN Wilayah V Bahorok, BPTN Wilayah III Stabat, tepatnya di hutan masyarakat di Desa Batu Katak dikabarkan akan mekar dalam waktu dekat. 

Bunga Terbesar di Dunia

Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum) atau biasa disebut Titan Arum termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae) yang merupakan flora endemik pulau sumatera. Bunga ini dikenal dengan bunga majemuk terbesar di dunia. Tingginya bisa mencapai 4 meter dengan diameter 1,5 meter. Bunga yang mengeluarkan aroma yang khas ini masuk dalam daftar jenis tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.

Selama hidupnya, bunga bangkai melewati dua fase, yaitu fase vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual). Masa fase vegetatifnya cukup panjang yakni kurang lebih 4 hingga 5 tahun. Sedangkan pada saat mekar, bunga ini hanya akan bertahan selama 4 hari sebelum akhirnya layu dan memasuki fase vegetatif lagi. Hal inilah yang membuat wisatawan baik dalam maupun luar negeri sangat tertarik untuk melihatnya secara langsung ketika mekar sempurna. 

Sejalan dengan kegiatan peliputan jurnalistik dan promosi wisata alam di Batu Katak, kami beruntung mendapat kabar dari para tour guide tentang bunga bangkai yang akan mekar. Tak lengah, semua personel melakukan persiapan matang, mulai dari menyiapkan perlengkapan dokumentasi (kamera, tripod, sd card, dll), alat perekam, sepatu gambir hingga jas hujan. Bahagia Pandia yang akrab disapa Pak Happy yang merupakan tour guide kami selama di Batu Katak menuturkan kalau trek menuju spot bunga bangkai yang akan mekar ini cukup ekstrem dan berakhir di ujung tebing yang curam. Semua personel yang ikut diwanti-wanti untuk berhati-hati karena tanah licin dan berbatu. Tak lupa juga pacet yang menggeliat di lantai hutan bahkan di dedaunan. 

Dipandu Pak Happy yang juga merupakan Wakil Ketua Lembaga Ekowisata Batu Katak, kami menyusuri lokasi mekarnya bunga bangkai (Amorphophallus titanum). Ia dengan semangat bercerita tentang asal-usul nama Desa Batu Katak, asal mula tertarik mengembangkan ekowisata Batu Katak, pesona keindahan Batu Katak, jenis flora dan fauna yang umum ditemui, berbagai jenis gua dan masih banyak lagi.  Informasi ini yang perlu kami catat, olah dan analisis untuk menjadi sebuah informasi yang menarik nantinya terutama dalam bentuk konten di website dan media sosial TN Gunung Leuser. 

Selama perjalanan kami menjumpai tangkai daun (fase vegetatif) bunga bangkai yang sudah menjulang seperti pohon serta tunas dari umbi bunga bangkai yang masih berukuran sekitar 10 cm. Pak Happy mengatakan agak sulit memprediksi tunas ini akan menjadi bunga atau tangkai daun jika ukurannya masih seperti ini.  “Jika sudah agak besar akan kelihatan, ini bakal bunga atau bukan. Jika iya, disekelilingnya akan dipagari dengan kayu kecil agar tetap aman dan tidak rusak atau terinjak”, jelasnya.

Bunga yang beraroma khas

Busuk seperti bangkai begitulah kira-kira deskripsi dari aroma bunga ini. Namun, terdapat keindahan tersendiri di balik baunya yang sangat menyengat itu. Selama mekar, bau ini akan menjadi pemikat bagi serangga-serangga di sekitar yang akan berkontribusi dalam proses penyerbukan. 

Perlu 2 hari bagi kami untuk meliput Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum) ini. Pada hari pertama, bunga bangkai masih berbentuk kuncup. Kata pak Happy jika dilihat dari kelopaknya yang sudah mulai buka, kemungkinan bunga tersebut baru akan mekar pada malam hari. Benar saja, saat kami menuju ke sana keesokan harinya, bunga itu telah mekar sempurna. Bagian yang menjulang tinggi ke atas agak mengkerut disebut spadix sedangkan bagian pelindung bunga yang mekar berwarna merah keunguan disebut spathe

Bunga yang selama ini hanya bisa aku lihat di buku biologi sekolah akhirnya dapat dinikmati secara langsung. Termasuk baunya yang selama ini hanya bisa dikira-kira seperti bangkai akhirnya dihirup hidung hingga ke paru-paru. Lega dan senang rasanya. Upaya untuk melewati jalanan licin dan medan yang terjal terbayarkan dengan mekar dan bau si Bunga Bangkai.

Bunga dengan tinggi 1,5 meter lebih itu tumbuh di kebun masyarakat. Kata Joe, seorang tour guide di sana ini adalah kali kedua belas di Oktober 2022 bunga bangkai mekar di Batu Katak. Selain Amorphophallus titanum, beberapa jenis lain yang sering ditemukan disini yaitu Amorphophallus gigas dan Amorphophallus prainii.

Tingginya minat wisatawan untuk melihat bunga bangkai secara langsung menjadi bagian dari promosi wisata serta edukasi konservasi khususnya di Taman Nasional Gunung Leuser. Hal ini kemudian diharapkan berdampak pada pembukaan lapangan pekerjaan serta meningkatnya perekonomian warga sekitar kawasan. Keberadaan Batu Katak yang tidak terlalu jauh dari Bukitlawang memberi dampak positif bagi geliat wisata desa yang berada di Kabupaten Langkat ini. Wisatawan yang berkunjung ke Bukitlawang untuk melihat habitat orangutan dapat sekalian berkunjung ke Batu Katak terutama pada saat ada bunga bangkai yang mekar. Meskipun tak hanya itu saja potensi wisata yang dikembangkan di sini, terdapat goa air yang menarik untuk dijelajahi bersama teman-teman petualang.

Tentu saja potensi wisata yang ada di Batu Katak ini mesti dikelola secara berkelanjutan dan eco-friendly agar lingkungan, flora, dan faunanya tetap lestari.  Sehingga, bukan hanya kita, tapi anak cucu kita kelak juga dapat mengagumi secara langsung betapa eksotisnya bunga bangkai ini. 


Penulis. Rafidah Balqis, BBTNGL