
Letak administrasi:
Bukit Lawang terletak pada zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Leuser, berada di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Ekowisata Bukit Lawang merupakan salah satu objek wisata potensial di Taman Nasional Gunung Leuser yang secara pengelolaan taman nasional terletak di Resort Bukit Lawang SPTN Wilayah V Bohorok, BPTN Wilayah III Stabat. Ada beberapa desa di kecamatan Bohorok yang berbatasan langsung dengan kawasan ini seperti Desa Sampe Raya, Desa Bukit Lawang, Desa Timbang Lawan, Desa Timbang Jaya.
Koordinat:
03°32’45,2’’ LU dan 098°07’12,0’’ BT
Aksesibilitas:
Akses menuju Bukit Lawang sudah cukup baik. Sarana transportasi cukup memadai, sepanjang jalan menuju Ekowisata Bukit Lawang sudah di aspal. Untuk mencapai Bukit Lawang, dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari kota Medan (ibukota Provinsi Sumatera Utara) melewati kota Binjai dengan kendaraan umum melalui terminal bus Pinang Baris Medan atau kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan dengan jarak sekitar 80 km.
Moda transportasi:
- Menggunakan kendaraan umum Minibus/Angkot “Pembangungan Semesta” dari Terminal Pinang Baris di Medan menuju Tangkahan, perjalanan kurang lebih 2,5 jam.
- Menggunakan kendaraan pribadi atau rental (milik perorangan/biro travel), perjalanan kurang lebih 2,5 jam.
Sejarah Kawasan
- Stasiun Rehabilitasi Orangutan
Stasiun Rehabilitasi Orangutan telah berdiri sejak tahun 1973 yang diprakarsai oleh ahli biologi dari Swiss yaitu Regina Frey dan Monica Borner dengan biaya dari dana kehidupan liar sedunia (sekarang Dana Pelestarian Alam Dunia,WWF) dan dari perkumpulan Ilmu Hewan Frankfurt Jerman (FZS). Adapun maksud dan tujuan rehabilitasi orangutan adalah untuk menyiapkan seekor orangutan yang pernah di tangkap (disita / diserahkan) oleh masyarakat hingga memiliki mental dan fisik untuk hidup dalam kondisi liar dan tidak tergantung pada pemberian manusia dan dapat hidup feral di alam habitat aslinya di hutan.
Jumlah keseluruhan orangutan yang pernah diterima dari berbagai daerah sejak stasiun rehabilitasi berdiri tahun 1973 berdasarkan kelengkapan data sebanyak 229 orangutan, yang mempunyai data lengkap sebanyak 200 orangutan sedangkan 29 orangutan data tidak lengkap, hingga saat ini orangutan yang dititipkan di PKOS Batu Mbelin-Yayasan Ekosistem Lestari sebanyak 4 (empat) orangutan yakni Ragal, Suro, Gersik dan Radaria untuk menjalani perawatan.
- Stasiun Pengamatan Orangutan Sumatera (Orangutan viewing center)
Karena fungsi barunya yang berorientasi pada pengunjung menyusul dikeluarkannya Instruksi Dirjen PHKA tanggal 23 April 1991 untuk menutup rehabilitasi di Bohorok (E. Meijard, H.D. Rijksen, S.N. Kartikasari Di Ambang Kepunahan ! Kondisi orangutan liar di awal abad ke 21 The Gibbon Foundation Indonesia 2001), kemudian diperkuat dengan diberlakukannya Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 280/Kpts-II/1995 tentang Pedoman Rehabilitasi Orangutan (Pongo pygmaeus) ke habitat alamnya atau ke dalam kawasan hutan, maka pusat rehabilitasi orangutan tersebut berganti menjadi Stasiun Pengamatan Orangutan Sumatera (Orangutan viewing center) yang tidak lagi menerima orangutan hasil sitaan/serahan dari masyarakat. Dalam keputusan Menhut tersebut dijelaskan kegiatan rehabilitasi Orangutan harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut :
- Adanya penetapan kawasan hutan yang jelas
- Kawasan hutan yang dimaksud dinilai memenuhi persyaratan antara lain :
- Cukup luas sesuai dengan daya dukungnya.
- Cukup makanan.
- Sumber air yang cukup.
- Terhindar dari gangguan.
- Kawasan hutan sebagai habitat diusahakan yang sebelumnya tidak terdapat orangutan dan tidak menyambung dengan kawasan yang sudah ada populasi orangutan.
- Identifikasi dan asal usul satwa serta identifikasi medis/kesehatan.
Stasiun Pengamatan Orangutan Sumatera (SPOS) Bukit Lawang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNGL Nomor SK. 01/BBTNGL-1/2011 tanggal 10 Januari 2011 tentang Penetapan Resort, Stasiun Penelitian, Stasiun Pengamatan Orangutan Sumatera (SPOS) dan Stasiun Penangkaran Penyu di Taman Nasional Gunung Leuser. Fungsi SPOS sesuai SK. 01/BBTNGL-1/2011 tanggal 10 Januari 2011 antara lain :
- Pelaksanaan monitoring populasi dan habitat orangutan sumatera di lokasi SPOS secara berkala.
- Pelayanan dan pendampingan untuk pengunjung SPOS.
- Pelaksanaan pemantauan aktivitas pengunjung/wisatawan di lokasi SPOS.
- Pelaksanaan pelaporan hasil-hasil kegiatan di tingkat SPOS.
- Stasiun Konservasi Orangutan Sumatera Bukit Lawang
Stasiun konservasi satwa liar ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNGL Nomor : SK.45/T.3/BIDTEK/P2/03/2019 tanggal 13 Maret 2019 tentang Penunjukan Stasiun Penelitian dan Stasiun Konservasi Satwa Liar di Taman Nasional Gunung Leuser. Tugas Stasiun Konservasi Orangutan Sumatera Bukit Lawang berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNGL Nomor : SK.45/T.3/BIDTEK/P2/03/2019 tanggal 13 Maret 2019 antara lain :
- Melaksanakan pengawasan atas seluruh aktifitas yang ada di Stasiun yaitu aktifitas pengelolaan pengunjung.
- Memeriksa kelengkapan administrasi dan perijinan setiap pengunjung yang akan memasuki stasiun.
- Melakukan pemeriksaan / pengecekan, penyitaan barang, atau pelaporan kepada pihak berwajib apabila mendapatkan aktifitas pelanggaran peraturan.
- Melakukan pendataan semua pengunjung pada saat masuk dan keluar stasiun.
- Melakukan pengaturan jadwal jaga stasiun dan jadwal pendampingan terhadap pengunjung.
- Menjaga dan memelihara sarana dan prasarana stasiun.
- Mencatat dan melaporkan kondisi sarana dan prasarana stasiun.
- Mengatur penggunaan sarana prasarana stasiun oleh pengunjung.
- Melakukan pengambilan data dasar satwa liar dan habitatnya (identifikasi individu, kondisi individu, jumlah populasi, kondisi habitat, titik koordinat dan informasi lainnya yang direkan secara rutin) dan melaporkannya secara periodik per triwulan.
- Melakukan pengawasan dan pendampingan terhadap pengunjung yang ada di stasiun.
- Melakukan pengawasan dan pengawalan yang ketat apabila ada aktifitas / kejadian di stasiun yang beresiko mengganggu ekosistem dan membahayakan pengunjung.
Kondisi Fisik:
Kawasan wisata alam Bukit Lawang masih memiliki hutan yang cukup baik karena sebagian besar hutan yang ada di kawasan wisata alam ini masih merupakan hutan primer. Berdasarkan peta tutupan lahan, lebih dari 90% tutupan lahannya masih berupa hutan primer. Kawasan ini merupakan habitat dan daerah jelajah orangutan sumatera yang menjadi ikon kunjungan wisata ke Bukit Lawang. Kondisi umum kelerengan yang berada di kawasan ekowisata Bukit Lawang didominasi oleh topografi yang sangat curam. Wilayah dengan topografi datar dan landai sebahagian besar terletak di dekat perbatasan permukiman penduduk.

Kawasan SPTN Wilayah V Bohorok berada pada ketinggian 100-700 mdpl, mempunyai topografi berbukit-bukit hingga sangat curam, sedangkan topografi datar dapat dikatakan cukup sedikit. Jenis tanah pada kawasan hutan terdiri dari jenis tanah kompleks podsolik merah kuning, latosol, litosol dan kompleks podsolik coklat. Kawasan ini terletak di kaki bukit (zone ketiga). Bila dilihat dari pengelompokan Daerah Aliran Sungai (DAS), maka kawasan SPTN Wilayah V Bohorok termasuk ke dalam daerah wilayah DAS Sungai Wampu. Sungai-sungai yang ada di sekitar kawasan ini yaitu: Alur Jamur Batu, Sungai Gambir, Sungai Batu Garut, Sungai Landak, Sungai Kerikit, Sungai Bungara yang kesemuanya mengalir ke Sungai Bohorok. Morfologi Sungai Bohorok di Bukit Lawang adalah river braided, yaitu sungai yang bercabang-cabang dengan pasir gosong yang berada antara cabang-cabang sungai tersebut. Jenis material sungai berupa pasir, kerikil dan bebatuan keras/rapuh. Sifat morfologi sungai braided dinamis, pada kondisi alamiah dapat berubah lokasi arus utamanya. Banjir pada tipe morfologi ini umumnya menyebabkan perubahan drastis pada dasar dan profil sungai di zone tersebut.
Suhu rata-rata kawasan wisata alam Bukit Lawang 21,1ºC – 27,5 ºC. Kelembaban nisbi 80 – 100 %. Musim hujan merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti dengan curah hujan rata-rata 2000 – 3200 mm per tahun. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson dalam Guslim (1997), kawasan ini bertipe Iklim B dengan melihat perbandingan antara bulan kering (dengan curah hujan kurang dari 60 mm) dan bulan basah (curah hujan lebih dari 100 mm). Suhu udara rata – rata di kawasan ini antara 21,1˚C – 27,5˚C dengan kelembapan nisbi antara 80 – 100 %. Musim hujan merata sepanjang tahun tanpa mengalami musim kering yang berarti dengan curah hujan rata – rata 2.000 – 3.200 mm/ tahun.
Kondisi Ekologi:
Kawasan SPTN Wilayah V Bohorok merupakan kawasan hutan tropis yang sangat luas di TNGL. Kawasan ini merupakan habitat alami dari berbagai jenis satwa liar yang memiliki wilayah jelajah tertentu. Kawasan ini memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, sebagian besar merupakan hutan hujan tropis mulai dari hutan primer Dipterocarpaceae dan hutan primer campuran. Kawasan ini secara umum didominasi oleh tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae, Meliaceae, Burseracea, Euphorbiacae, dan Myrtaceae. Pohon-pohon besar dengan diameter di atas 1 meter (di antaranya adalah pohon kayu jeni damar, meranti, dan kayu raja) masih didapatkan pada jalur-jalur yang relatif mudah dicapai. Memiliki 3 (tiga) spesies primata seperti orangutan sumatera (Pongo pygmaeus abelli), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kedih (Prisbytis sp.), dapat dengan mudah ditemui pada saat jelalah rimba. Sedangkan siamang (Hylobates syndactilus),white handed gibbon (Hylobates lar), dan beruk (Macaca nemestrina) dapat dilihat pada waktu dan lokasi tertentu saja. Fauna lainnya adalah burung rangkong (Buceros rhinoceros), srigunting batu (Dicrurus paradiceus), elang (Haliartus sp).
Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya:
Kawasan Wisata Alam Bukit Lawang merupakan kawasan wisata yang didukung oleh masyarakat sekitar desa. Di Bukit Lawang ada sekitar empat desa yang berbatasan langsung dengan kawasan yaitu Desa Bukit Lawang, Desa Sampe Raya, Desa Timbang Lawan dan Desa Timbang Jaya. Keempat desa tersebut terletak di Kecamatan Bohorok Kab. Langkat.
Masyarakat sekitar kawasan ekowisata Bukit Lawang merupakan masyarakat multi etnis dan multi agama dimana mayoritas suku Jawa, Melayu dan Karo dengan agama mayoritas Islam dan Kristen. Dari segi ekonomi masyarakat desa di sekitar kawasan Bukit Lawang banyak yang bekerja di sektor pariwisata seperti pemandu wisata, berjualan souvenir, agen wisata dan lain – lain. Sehingga keberadaaan ekowisata ini sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka.
Hotel
- Rindu Alam Hotel
- Eco Lodge
- Eco Travel Cottage
Penginapan
- Wisma Leuser Sibayak
- Penginapan Pati’s
- Eden Inn & Restaurant
- Jungle Inn
- Penginapan Batu Alam
- Lawang Inn Room & Lounge Bar
- Bugis Inn Room & Restaurant
- Jungle Hill Indowestern International Pizza
- Villa Paradise
Homestay
- Mutiara Guest House
- Yusman Guest House
- Bukit Lawang Indah Guest House
- On The Rock’s Bungalows
- Harmony Losmen
- Anugerah Sibaba Guest House
- Ida Guest House & Restaurant
- Fido Dido Guest House
- Rain Forest Guest House
- Farina 53 Guest House, Bar & Restaurant
- Mboy Guest House
- Green Hill & Restaurant
- Jungle Tribe Guest House & Resto
- Sam’s Bungaliws & Resto
- Back in Touch Guest House
- Maliki Hill & Bar
- Thomas Retreat
Rumah Makan
- Junia Guest House & Brando Resto
- Dandyla Restaurant
- Rock Inn Bar
- Rumah Makan Kelana (Indonesian Food)
- Tony’s Cafe
- Inong Resto
- Rossa Cafe
- Ida Guest House & Restaurant
- Eden Inn & Restaurant
- Pinem Coffee Shop
- Farina 53 Guest House, Bar & Restaurant
- Rani Cafe
- Green Hill & Restaurant
- YAAHOWU ONO NIHA Room & Restaurant
- Indra Valley Inn & Resto
- Garden Inn & Restaurant
- Jungle Tribe Guest House & Resto
- Sam’s Bungalow & Resto
- Amazone Cafe
- View Resto
- Maliki Hill & Bar
- Jhony”s Cafe
- Lawang Inn Room & Lounge Bar
- Bugis Inn Room & Restaurant
- Jungle Hill Indowestern Intl’ Pizza
- Bugis Restaurant
- Brown Bamboo Resto
Sarana dan Prasarana wisata di dalam site
Visitor centre, jalan trail, canopy trail, camping ground, pintu gerbang kawasan, papan informasi, toilet
Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung
Jungle track, pengamatan orangutan sumatera, kedih, monyet ekor panjang, burung dan satwa lainnya, menjelajah gua, mengarungi jeram Sungai Bahorok dengan ban (tubbing), menikmati keindahan air terjun, mandi di sungai yang jernih, berkemah di area camping ground, berpetualang dan menyingkap rahasia hutan hujan tropis sumatera, serta menyaksikan atraksi budaya masyarakat yang beragam dan menikmati kuliner khas lokal.
Layanan umum terdekat
Mini market, pasar, terminal, puskesmas, bank
Jasa Pemandu Wisata
Koperasi Jasa Usaha Pramuwisata Alam
HP. 0813 6045 5231 / 0821 6797 0078
Waktu Kunjungan Terbaik
Januari-Desember